Nama seorang sahabat rosulullah AL
KHANSA binti AMRU, ibu para SYUHADA, seorang penyair handal di
zamannya, wanita yang tangguh yang melahirkan para syuhada, KHANSA
bisa juga diartikan gadis yang berhidung mancung , ada juga yang bilang pemimpin wanita, wallahu’alam. Berikut
ini sedikit cerita mengenai AL KHANSA binti AMRU, ibu para SYUHADA,
yang juga merupakan sahabat Rosululloh-shahabiyah, semoga kita bisa
mengambil teladan dari beliau.
Al-Khansa
terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa
Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang
terdapat dalam diri Al-Khansa. la adalah seorang yang fasih, mulia,
murah hati, tenang, pemberani, tegas, tidak kenal pura-pura, suka
terus terang.
Dan selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. la terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahuluin ke alam baka. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia.
Dan selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. la terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahuluin ke alam baka. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia.
Diriwayatkan bahwa
ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke
Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka berkata,
Ya
Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam
bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling
pandai berkuda.
” Rasuluilah SAW bersabda, ‘Siapakah mereka itu. Sebutkaniah namanya.’
Adi
menjawab, ‘Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin
Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i,
ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.’
Rasuluilah
SAW menukas, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi.
Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan
orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang
paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thaiib.’
Jarir
ra. pernah ditanya, Siapakah yang paling pandai bersyair? Jarir ra.
menjawab, ‘Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.’ Al-Khansa sangat
sering bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah
ditegur olah Umar bin Khattab ra.
Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, ‘Mengapa matamu bengkak-bengkak?’
Khansa menjawab, ‘Karena aku terialu banyak menangis atas pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu.”
Umar berkata, ‘Wahai Khansa, Mereka semua ahli neraka.’
Sahut
Khansa, ‘Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa dan sedih lagi.
Dahulu aku menangisi Sakhr atlas kehidupannya, sekarang aku
menangisinya karena ia adalah ahli neraka.’
Al-Khansa
menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu
ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melalui pembinaan dan
pendidikan tangan-tangannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi
pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal
sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap
keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah.
Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah
Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan
kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara
Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka.
Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal
di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi
sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh
ibunda mereka, Al-Khansa.
Maka
Al-Khansa telah mengumpulkan keempat anaknya, dan berkata, ‘Wahai
anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan.
Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada
Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang
lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk
mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang
di kening keluargamu.Jika kalian telah melihat perang, singsingkaniah
lengan baju dan berangkatiah, majulah paling depan niscaya kalian
akan mendapatkan pahala di akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku,
sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul
Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi
itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya
dianugrahi hidup.’
Pemuda-pemuda
itupun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang matl-matian
melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka.
Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh
mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian
anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa
sedih dan kaget.
Bahkan
ia telah berkata, ‘Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan
syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggiiku dan berkenan
mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang
kokoh di surgaNya yang luas.’
Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah. (Wanita-wanita Sahabiyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar